2 Korban Penembakan Teroris Poso Tiba di RS Bhayangkara Palu

Jumat, 07 Februari 2014

Koransulteng - Dua jenazah warga sipil yang tewas dalam insiden baku tembak dengan Satuan Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng), di Desa Taunca, Kecamatan Poso, Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Kamis 6 Februari 2014 malam, tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.

Kedua korban warga sipil ini dievakusi dari Desa Taunca, setelah menempuh perjalanan darat kurang lebih empat jam dari lokasi kejadian. Sebelum dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu, kedua jenazah sempat diautopsi di RSUD Poso.

Kedua korban tiba di RS Bhayangkara Palu dengan menggunakan mobil jenazah Pemerintah Kabupaten Poso dengan pengawalan aparat kepolisian.

Setelah tiba di RS Bhayangkara Palu, aparat kepolisian langsung memasangi garis polisi untuk mengamankan areal kamar jenazah rumah sakit.

Kedua korban tewas dari warga sipil langsung dimasukan ke kamar jenazah. Sementara seorang anggota polisi yang tewas Bharada Putu Satria, masih dalam perjalanan menuju Kota Palu, untuk selanjutnya diterbangkan ke kampung halamannya di Jembrana Bali.

Kontak senjata berlangsung ketika aparat kepolisian melakukan patroli di lokasi kejadian, dalam insiden ini tiga orang tewas tertembak. Salah satu dari ketiga korban tersebut merupakan anggota Brimob Polda Sulteng.
Sumber: Sindonews



Sumber Berita: www.palubagus.com
http://www.palubagus.com/berita-2-korban-penembakan-teroris-telah-tiba-di-rs-bhayangkara-palu.html#ixzz2seF9plxg

Baku Tembak di Poso, Polisi dan Terduga Teroris Terluka

Kamis, 06 Februari 2014

Koransulteng -- Polisi dan kawanan terduga teroris kembali terlibat baku tembak. Aksi kontak senjata dari kedua pihak itu juga kembali di Poso, Sulawesi Tengah. Jatuh korban luka dari kedua belah pihak.

Lokasi ini berada sekitar 2-3 kilometer dari pemukiman warga. 1 Anggota polisi mengalami luka-luka dalam baku tembak itu. Korban luka juga jatuh dari kelompok terduga teroris Santoso.Informasi yang diterima Liputan6.com, baku tembak terjadi di kawasan kaki gunung Padang Lembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah, Kamis (6/2/2014) siang. Penembakan diduga melibatkan anggota polisi dengan kawanan terduga teroris jaringan Santoso.
Sementara, polisi sudah membekuk 1 kawanan terduga teroris itu. Belum ada informasi korban jiwa dari baku tembak yang terjadi. Saat ini, warga terduga teroris yang terlibat kontak senjata itu sudah dibawa ke Polres Kota Solo.
Saat ini, Santoso masih berstatus buron. Kapolri Jenderal Polisi Sutarman menduga teroris jaringan Indonesia Timur yakni Santoso masih berada di Poso. "Santoso sekarang ada di Poso," kata Sutarman di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan, Kamis 2 Januari 2014 lalu.
Sutarman mengaku, cukup sulit menangkap pria yang diduga aktor teroris itu. Lantaran, medan tempat pelarian Santoso di wilayah Poso, kerap berpindah-pindah dan cukup berat dilalui. "Kendalanya memang medannya cukup berat," tambah Sutarman.

Sumber: Liputan6.com

Polda Sulteng Benarkan Ada Baku Tembak di Poso

Koransulteng -- Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) membenarkan adanya kejadian baku tembak di Poso. Kadiv Humas Polda Sulteng AKBP Soemarmo mengatakan, pihaknya kini tengah mencari informasi terkait peristiwa itu.

Namun Polda Sulteng belum mengetahui pasti kedua pihak yang terlibat baku tembak itu. Polisi kini tengah menyelidiki peristiwa tersebut."Iya, benar informasinya seperti itu, ada baku tembak di Poso," kata Soemarno saat dihubungiLiputan6.com, Kamis (6/2/2014).
"Iya, kita masih lakukan pengecekan, karena saya masih ada kegiatan di Jakarta," tandas Soemarno. 

Adu tembak ini diduga antara polisi dan kawanan terduga teroris jaringan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Akibat peristiwa ini diduga jatuh korban luka dari kedua belah pihak.
Informasi yang diterima Liputan6.com, baku tembak terjadi di kawasan kaki Gunung Padang Lembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah, siang.

Sumber: Liputan6.com

Dewan Pers mediasi kasus Pemberitaan Radar Poso

Selasa, 04 Februari 2014

Dewan Pers. (dewanpers.or.id)
Palu  - Dewan Pers melakukan mediasi kasus pemberitaan yang melibatkan Kepolisian Resor (Polres) Poso dan Surat Kabar Harian Radar Poso, Selasa.

Dewan Pers yang diwakili oleh Yosep Adi Prasetyo, Imam Wahyudi dan Ismanto mempertemukan pihak Polres Poso dan harian perwakilan Radar Poso untuk menyelesaikan pemberitaan yang dinilai merugikan sejumlah anggota polisi.

Selain itu terdapat laporan pengancaman atau intimidasi terhadap jurnalis di Kabupaten Poso terkait pemberitaan dugaan oknum anggota Polres Poso yang terlibat peredaran dan penggunaan narkoba secara ilegal.

Imam Wahyudi mengatakan, Dewan Pers memandang kasus tersebut perlu segera diselesaikan karena terjadi di daerah rawan konflik.

Harian Radar Poso sejak 20 Januari 2014 memuat berita utama sebanyak lima seri yang menceritakan kesaksian penghuni Lembaga Permasyarakatan Poso terkait sindikat narkoba. Mereka menyebut sejumlah nama oknum pejabat Polres Poso diduga terlibat narkoba.

Setelah pemberitaan itu, wartawan Radar Poso merasa diteror oleh orang tertentu. Selain itu, ada oknum polisi yang meminta Radar Poso tidak memuat lagi berita terkait narkoba.

Dewan Pers kemudian melakukan ajudikasi, yakni memeriksa isi berita dan menemui awak redaksi Radar Poso terkait berita itu.

Selain itu, Dewan Pers juga menemui Kepala Polres Poso AKBP Susnadi untuk menanyakan apakah dalam pemberitaan itu ada upaya konfirmasi dari jurnalis. "Ternyata tidak ada konfirmasi sehingga kami meminta Radar Poso memuat hak jawab dari Polres Poso," katanya.

Selain itu, Radar Poso juga diminta memuat risalah pertemuan antara Pemimpin Redaksi Radar Poso Agriyanto Reppy, Kepala Polres Poso AKBP Susnadi, Ketua Bidang Hukum Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, Wakil Ketua Bidang Pengaduan Dewan Pers Imam Wahyudi, anggota Pokja Pengaduan Dewan Pers Ismanto dan disaksikan perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Tengah.

Imam Wahudi mengatakan, kedua belah pihak bersedia melakukan hal-hal yang disarankan Dewan Pers agar permasalahan itu berakhir.

Beberapa hal yang disepakati antara lain polisi menjamin keamanan wartawan, Polres Poso segera membuat hak jawab dan akan dimuat di Harian Radar Poso, serta wartawan harus lebih profesional dalam membuat karya jurnalistik.

"Nanti kita juga akan melaksanakan pelatihan dan peningkatan kapasitas jurnalis yang menghadirkan aparat dan unsur pemerintah di Poso," katanya.

Sementara itu, Yosep Adi Prasetyo meminta jurnalis tetap menjadi "anjing pengawas" yang mengkritisi pemerintah atau pejabat lainnya. "Jurnalis jangan jadi anjing pudel yang yang hanya menurut pada majikan dan tidak ditakuti," kata pria yang akrab disapa Stanley ini. (R026/Z002)
Sumber: Antara

Pandita Mulyadi Chandra: Jaga Keharmonisan dalam Kehidupan Berbangsa

Jumat, 31 Januari 2014


Koransulteng -- Merayakan Imlek,  warga  etnis Tionghoa dari berbagai penjuru Kota Palu melakukan ritual ibadah di Vihara Karunadipa Palu yang terletak di Jalan Sungai Lariang, Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah kemarin (31/1). Mereka juga menggelar doa  di Klenteng Kwan Im dan di Gereja Katolik.
Ibadah syukur Imlek di Vihara Karunadipa dimulai sekitar pukul 09.00 wita, diikuti ratusan warga Tionghoa mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga yang sudah lanjut usia.
More Sharing Servi
Dalam Ibadah  khusuk , Pandita Mulyadi Chandra  yang memimpin menyampaikan doa dan ceramah.
Pandita Mulyadi Chandra sepanjang ibadah membacakan doa yang diperuntukan bagi umatnya agar memperoleh keselamatan dan kesuksesan dalam menjalani tahun baru. Pandita berpesan, agar umat terus menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, guna menciptakan suasana kehidupan yang harmonis dan kedamaian dalam berbangsa dan bernegara.
"Tahun 2565 ini membawa unsur emas dalam pasir. Dalam kebudayaan Tionghoa, kuda dilambangkan sebagai simbol kehebatan, kekuatan, ketekunan dan kebangsawanan. Mereka yang dilahirkan di tahun kuda dianugerahi dengan kepintaran, pribadi yang penuh daya tarik, menyenangkan, dan bersemangat,” jelasnya seperti dikutip dari Harian Radar Sulteng.
Ketua Majelis Agama Budha Sulawesi Tengah, Wijaya Candra mengatakan, perayaan tahun baru Imlek 2565 di Palu, dilakukan secara sederhana dan tidak ada acara besar-besaran. ”Tidak ada perbedaan dengan pelaksanaan Imlek tahun kemarin, yang membedakan mungkin hanya bertambahnya tahun,” katanya.
Menyambut  perayaan imlek kali ini,  mereka juga melakukan bakti sosial, yaitu dengan melakukan aksi donor darah dan memberikan bantuan sosial kepada warga Tionghoa yang  kurang mampu dan layak mendapatkan bantuan.
Usai  melaksanakan ibadah imlek,  dilaksanakan pembagian gelang persahabatan oleh Pandita Mulyadi Chandra dan pelepasan puluhan ekor burung oleh Ketua Majelis Agama Budha Sulawesi Tengah, Wijaya Candra, dan Ketua Pimpinan Cabang Magabudhi Kota Palu, Kumaladewi. (cr2)
Gong Ci Fat Chai
Sumber: Radar Sulteng



Sumber Berita: www.palubagus.com
http://www.palubagus.com/berita-pandita-mulyadi-chandra-jaga-keharmonisan-dalam-kehidupan-berbangsa.html#ixzz2s2VdPO8T

Warga Kota Palu Dihimbau Waspada Penipu Berlogat Melayu



Pejabat Humas Polda Sulteng Rostin Tumaloto Foto: Antara
Koransulteng  - Polisi mengimbau kepada warga Kota Palu, Sulawesi Tengah, agar mewaspadai aksi penipu berlogat melayu yang mengincar nasabah bank yang hendak mengambil uang (31/1).

Pejabat Bidang Humas Polda Sulteng, Kompol Rostin Tumaloto di Palu, Jumat, mengatakan, pada 29 Januari 2014, seorang perempuan melapor telah ditipu seseorang yang mengaku dari Malaysia.

Korban bernama Meriaty Ilahude itu ditipu seorang pria sebanyak Rp65 juta untuk membeli jam tangan merk Rolex.

Rostin menuturkan, kejadian itu berawal ketika Meriaty hendak mengambil uang di sebuah bank di Jalan Gadjah Mada, Kota Palu.

Ketika itu dia bertemu seorang lelaki yang berpura-pura menanyakan alamat. Setelah terjadi percakapan, kemudia pria yang mengaku bernama Budi itu menawarkan jam tangan mewah kepada korban.

Karena tidak membawa banyak uang, korban akhirnya diantar ke bank untuk mengambil uang. Setelah uang diambil, korban diajak ke dalam mobil untuk melakukan transaksi.

"Korban sempat diperlihatkan jam tangan itu dibakar dan digores namun tidak rusak. Korban mungkin agak bingung dengan logat melayu yang digunakan pelaku sehingga membeli jam tersebut," katanya dikutip Antara.

Rostin mengatakan, pelaku berjumlah dua orang dengan tugas masing-masing. Seorang pelaku berperan sebagai pedagang arloji, dan lelaki lainnya berpura-pura sebagai pria yang pernah membeli jam tangan, sekaligus mempengaruhi korban.

Korban baru sadar ketika pulang ke rumah. Setelah sholat dzuhur, perempuan pegawai negeri sipil (PNS) ini sadar uang Rp65 juta tidak berada di genggaman.

Saat itu juga dia berniat lapor polisi. Namun ketika hendak menuju Polda Sulteng, korban ditelepon pelaku agar tidak melapor polisi karena uangnya akan segera dikembalikan dalam waktu 15 menit. Korbanpun mengurungkan niatnya untuk lapor polisi.

Namun hingga beberapa jam kemudian, uang tidak diantar. Saat korban menelpon pelaku, nomornya sudah tidak aktif lagi. Korban akhirnya lapor polisi.

Melihat kejadian itu, Rostin mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya kepada orang asing yang berlagak menawarkan suatu barang, tertutama di dekat kantor bank.

Menurutnya, pelaku tersebut adalah sindikat beberapa orang yang bisa berdialog dengan bahasa Manado, Bugis, atau Melayu.

"Bisa jadi di dalam mobil pelaku terdapat beberapa tanda nomor kendaraan berbeda untuk mengelabui petugas," katanya.
Sumber: Antara



Sumber Berita: www.palubagus.com


http://www.palubagus.com/berita-warga-kota-palu-diimbau-waspada-penipu-berlogat-melayu.html#ixzz2ryRe0HN9

Pemuda Theravada Kota Palu Adakan Baksos Sambut Imlek

Koransulteng -- Menyambut perayaan Imlek 2014, pemuda Theravada kota Palu melakukan bakti social (baksos) berbagi kasih dengan kalangan kurang mampu.
Pada tanggal 26 Januari 2013 pukul 08.30-10.00, DPC PATRIA Kota Palu dan YM Candakaro, Thera dibantu dengan DPC Magabudhi Kota Palu bersama-sama mengunjungi 13 Kepala Keluarga warga keturunan Tiong Hoa baik yang Buddhis maupun Non Buddhis untuk diberikan Bingkisan dan Angpao Baksos dalam rangka perayaan Imlek. 
Ketiga belas keluarga tersebut tidak hanya merupakan keluarga yang kurang mampu, tetapi ada juga yang merupakan umat Buddha lanjut usia yang sedang dalam kondisi yang kurang sehat. Umat Buddha Lansia tersebut sangat berjasa dalam perkembangan Buddha Dhamma di Kota Palu pada waktu yang silam dan ini adalah bentuk bakti kami kepada para Pejuang Dhamma generasi sebelumnya. 
Dana bersumber dari donator-donatur yang terkumpul sebanyak Rp6.170.000, digunakan untuk Bingkisan dan Angpao Baksos sebanyak Rp2.985.500, sisa dana sebanyak Rp3.184.500. Sebanyak Rp3.000.000 kami donasikan untuk Bapak Cornelis Wowor yang sedang sakit. Sisanya akan digunakan untuk kegiatan sosial lainnya. 
"Kami berterima kasih kepada YM Candakaro, Thera, para Donatur, dan PC Magabudhi Kota Palu yang telah bersama-sama dengan tim DPC PATRIA Kota Palu mensukseskan acara Baksos Imlek 2014 di Kota Palu. Semoga dana tersebut bermanfaat." Demikian pernyataan yang kami kutip dari laman Facebook Pemuda Theravada Indonesia.

Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA) adalah sebuah organisasi sosial-keagamaan, Buddhis Theravada Indonesai yang bercorak kepemudaan. Visi PATRIA adalah aktif melahirkan generasi muda yang memiliki kemoralan, sukses dan mampu mandiri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Partisipasi PATRIA bersifat pengabdian tanpa pamrih dan bersama-sama Keluarga Buddhis Theravada Indonesia bersama-sama mewartakan Buddha Dhamma. 
Terbentuknya PATRIA berdasarkan hasil musyawarah Pemuda Buddhis pada tanggal 19 Desember 1995 di Vihara Mendut, Jawa Tengah, yang menghasilkan ketua umumnya Saudari Meliana Chandra.
Misi utama PATRIA, selain meningkatkan kemoralan dan keyakinan terhadap Buddha Dhamma, adalah juga turut berperan aktif ikut meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Buddhis.
(FB PATRIA (Pemuda Theravada Indonesia)/Palubagus.com)



Sumber Berita: www.palubagus.com


http://palubagus.com/berita-pemuda-buddhis-theravada--kota-palu-adakan-baksos-sambut-imlek.html#ixzz2ryBBPpq3

Lahan Taman Nasional Lore Lindu Diperjualbelikan

Selasa, 28 Januari 2014



Hutan rimba di sekitar Danau Lindu di Taman Nasional Lore Lindu. [id.wikipedia.org]Hutan rimba di sekitar Danau Lindu di Taman Nasional Lore Lindu. [id.wikipedia.org]
[PALU] Seorang perambah di lahan kawasan Taman Nasional Lore Lindu menyatakan, banyak lahan setempat diperjualbelikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.  

"Lahan saya beli dari seseorang," kata Tores, salah seorang dari 12 perambah yang ditangkap petugas tim gabungan TNI/Polri dan Polhut Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dalam operasi digelar 27 Januari 2014, saat ditemui Selasa (28/1).  

Ia mengaku sama sekali tidak tahu kalau lahan yang dibelinya tanpa sepotong dokumen baik kuitansi maupun surat-surat tanah termasuk dalam kawasan taman nasional.  

"Benar pak saya tidak mengetahuinya," katanya.  

Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNLL, Ahmay Yani membenarkan rata-rata mereka yang merambah baru dalam kawasan lindung tersebut hanya membeli lahan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.  

Pihak BBTNLL sebenarnya sudah lama mengantongi beberapa nama aktor utama yang melakukan transaksi jual-beli lahan di wilayah Dongi-Dongi, Kabupaten Sigi.  

Ia mengatakan target utama dari razia yang digelar pada (27/1) di wilayah Dongi-Dongi melibatkan 45 personel TNI/Polri dan Polhut BBTNLL adalah ingin menangkap basah oknum-oknum tidak bertanggung jawab tersebut.  

"Itu target kita. Tapi sayang tidak ada satupun dari orang-orang telah ditargetkan bisa ditangkap basah petugas," katanya.  

Dia menambahkan belasan warga perambah yang ditangkap dalam operasi, sebagian pembeli lahan dan lainnya hanya tenaga upahan.  

Tapi belasan warga perambah hutan itu telah dikembalikan ke desa asal mereka.  

Yani menegaskan operasi untuk mengejar para oknum-oknum yang terlibat kasus jual-beli lahan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu yang telah diketahui identitas itu tetap dilakukan.  

"Kami akan mengusut tuntas para oknum-oknum yang tidak bertangung jawab itu," tegas Yani. [Ant/L-8]

Sumber: suarapembaruan.com

Bandara Mutiara Palu Segera Berganti Nama


Koransulteng -- Bandara Udara (Bandara) Mutiara di Kota Palu, Sulawesi Tengah, segera berganti nama menjadi Mutiara SIS Aljufri setelah Kementerian Perhubungan menyetujui usulan perubahan itu.
Wali Kota Palu Rusdy Mastura mengemukakan hal itu saat menghadiri peringatan Maulud Nabi Muhammad di halaman Pengurus Besar Alkhairaat di Kota Palu, Selasa (14/1/2014).
Dia mengatakan seorang pejabat Kementerian Perhubungan mempertanyakan perihal pergantian nama Bandara Mutiara, padahal nama itu diberikan oleh Presiden Soekarno saat mendarat di Kota Palu pada 5 Oktober 1957.
  
Bung Karno saat itu merasa prihatin dengan nama pertama bandara di Palu yang didaratinya, yakni masovu.
Masovu adalah bahasa Kaili yang berarti berdebu. Mengetahui artinya, Bung Karno segera menggantinya menjadi Bandara Mutiara.
  
Alasannya adalah sewaktu Bung Karno akan mendarat di Palu yang saat itu masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Donggala, melihat daerah itu berkilauan laksana mutiara.
  
"Saya jelaskan kepada Pejabat Kementerian Perhubungan tadi, mutiara yang dimaksud adalah SIS Aljufri yang merupakan tokoh agama dan sudah dianggap pahlawan di Kota Palu," kata Rusdy Mastura.
  
Bandara Mutiara sendiri tidak berganti nama seratus persen, hanya ditambahi SIS Aljufri sehingga menjadi Bandara Mutiara SIS Aljufri.
  
SIS Aljufri sendiri adalah tokoh penyebar agama Islam di Sulawesi Tengah hingga wafat di Kota Palu pada 1969.
  
SIS Aljufri yang juga akrab disapa Guru Tua adalah tokoh penyebar agama sekaligus pendiri organisasi keagamaan Alkhairaat yang tumbuh dan berkembang pesat di wilayah timur Indonesia.
Hingga saat ini Alkhairaat terus berkembang dengan mendirikan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan sejumlah unit usaha lainnya. (antara)

Ini Motif Aktor Ray Sahetapi  Maju Bursa Calon Senator Wakil Sulteng

Koransulteng - Ray Sahetapy akhirnya terjun ke dunia politik. Ia bakal bertarung untuk memperebutkan kursi di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) alias jadi senator atau utusan daerah pada pemilu mendatang. Ia mewakili daerah kelahirannya, Sulawesi Tengah.
 
"Saya salah satu calon utusan daerah dari Sulawesi Tengah," ucapnya, Senin, (27/1/2014), ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Aktor gaek itu, kemudian terjun ke dunia politik karena desakan dan permintaan teman-temannya yang berdomisili di Sulawesi Tengah. Ia juga merasa punya tanggungjawab menyuarakan aspirasi masyarakat di daerah kelahirannya tersebut.
"Karena lingkungan saya minta saya dan supaya gagasan Nusantara masuk ke ruang sesungguhnya. Saya juga lahir di sana," lanjut pria kelahiran Sulawesi Tengah, Donggala, 1 Januari 1957 tersebut.
Persiapannya bertarung memperebutkan kursi DPD pun biasa-biasa saja. Dana juga dikumpulkan secara kolektif bersama teman-temannya. Selain itu, ia akan melakukan strategi blusukan supaya bisa memahami masalah yang ada di tengah masyarakat.
"Apa adanya saja. Tapi berusaha seefektif mungkin," tandasnya dikutip Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved