
Koransulteng - Sulawesi Tengah Siaga Satu Malaria. Pemprov Sulteng, melalui Dinas Kesehatan telah meminta warga di wilayah itu untuk siaga satu demi menghadapi datangnya serangan penyakit Malaria yang makin merebak akibat perubahan cuaca. Demikian disiarkan situs Tempointeraktif.com
"Pengalaman kita tiap Desember hingga Januari tahun depan, penyakit Malaria dan demam berdarah merupakan bulan-bulan yang sibuk menghadapi penyakit tersebut,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah Abdullah DHSM, Sabtu (4/12).
Dia mengatakan, pihaknya mengantisipasi merebaknya penyakit malaria dengan terus mensosialisasi kepada masyarakat pola hidup bersih dan sehat (PHBS). "Pola hidup bersih dan sehat ini dapat menghindarkan kita dari potensi terkena penyakit," katanya.
Gerakan Menutup Menguras dan Mengubur ( 3M) yakni menutup dan menguras tempat penampungan air secara berkala, dan mengubur barang-barang yang berpotensi bisa menjadi sarang nyamuk, terus dilakukan.
Upaya pencegahan lainnya yakni fogging atau pengasapan. "Namun yang lebih penting, menguras dan membersihkan genangan air sedangkan fogging sebaiknya malam hari ketika nyamuk tidak berkeliaran," ujarnya.
Dia mengatakan, nyamuk penyebab chikungunya, aedes aegepti, berkembang sangat pesat. Hanya membutuhkan 0,25 cc atau setara dengan satu sendok teh air untuk bertelur dan berkembang biak. Satu nyamuk bisa berkembang biak menjadi 100 dalam jangka waktu yang relatif singkat yaitu satu bulan.
Masyarakat dihimbau menggunakan kelambu anti-malaria untuk menghindari serangan malaria dan demam berdarah. Kelambu anti-malaria adalah kelambu yang bahannya mengandung insektisida sehingga tidak disukai nyamuk penyebab malaria dan demam berdarah.
“Kelambu anti-malaria bisa dibeli di apotek dengan harga yang terjangkau,” ujar Abdullah.
Terapi untuk Malaria
Malaria yang mematikan boleh dibilang tak mempan lagi dihajar dengan obat-obatan yang ada. Syukurlah, para ilmuwan tak pernah berhenti meneliti sehingga di masa depan pengobatan menggunakan pendekatan yang lebih mendasar, dengan terapi genetis. Bila berhasil, akan terjadi suatu revolusi di bidang kedokteran. The Sunday Times, April lalu, melaporkan bahwa para peneliti dari University of Cardiff, Inggris, telah mengembangkan cara baru untuk mengatasi penyakit tidur. Jalan untuk melumpuhkan penyakit mematikan yang banyak ditemui di Afrika itu kini makin dekat. Caranya, dengan membidik enzim yang sangat menentukan dalam perkembangan parasit tripanosoma-penyebab penyakit tidur. Sebagaimana malaria, yang ditularkan melalui nyamuk, penyakit tidur dibawa oleh lalat tse-tse, sehingga parasit mempunyai dua kehidupan: satu di dalam lalat, satunya lagi dalam manusia. Mirip dengan malaria, yang banyak berjangkit di daerah tropis, parasit tripanosoma menyusup ke dalam aliran darah sebelum menyerang organ tubuh dan sistem saraf pusat. Penyakit ini menyebabkan demam, anemia, dan pembengkakan kelenjar limfa. Bila kondisinya memburuk, penderita bisa koma hingga meninggal, setelah melalui proses tak sadarkan diri. Pengobatan gejala penyakit tidur dengan arsenik, yang selama ini digunakan, rupanya sudah tidak ampuh lagi. Selain parasitnya telah resisten, pada banyak kasus gejala penyakit ini juga sering sulit terdeteksi. Padahal, arsenik hanya dapat bekerja maksimal bila diberikan sejak dini. Yang kemudian dilakukan para peneliti Cardiff adalah mencari tahu mekanisme perkembangan parasit, mulai dari ketika di tubuh lalat hingga di tubuh manusia. Kemudian, dilakukan penyerangan parasit dengan membidik enzim yang menjadi "kunci" perkembangbiakannya. Enzim ini diibaratkan seperti anak kunci yang dapat diputar untuk menentukan bisa tidaknya parasit berkembang. Bila kunci ini dihambat, parasit tidak bisa berkembang biak.
Sumber:http://www.tempointeraktif.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !