NASIB MAHASISWA SULTENG DI MESIR DILEMATIS

Sabtu, 05 Februari 2011


Koransulteng - Masih banyak mahasiswa Sulteng di Mesir yang juga menyatakan kerisauanya terkait perkembangan terakhir di Mesir. Demikian diungkapkan Ikram Arlan Rajolang mengomentari rilis berita di www.beritapalu.com. "Masih banyak lagi dari kami anak-anak daerah sulawesi tengah yang sangat-sangat risau di sini (Mesir.Red)..kami mohon kepedulian pemerintah terhadap kami anak-anak daerahnya ...terimakasih," tulis Ikram.

Rencana pemerintah untuk memulangkan seluruh mahasiswa Mesir asal Indonesia, ternyata cukup dilematis bagi mereka. Apakah harus memilih pulang atau tetap tinggal di Mesir hingga kondisi aman.
“Jika pemerintah benar-benar ingin mengevakuasi WNI (Warga Negara Indonesia) kami harapakan juga ada solusi bagaimana kita bisa kembali melanjutkan study di Al Azhar jika keadaan memang sudah aman,” risau Abdul Razak, mahasiswa Alazhar yang menyisahkan empat semester lagi ini, Kamis (3/2), via facebook.

Kekhawatiran itu juga dirasakan Nur Rahmat Lapinda, mahasiswa jurusan Ushuluddin dan Dakwah Universitas Al Azhar. Ia bingung untuk meninggalkan Mesir. Menurutnya pemerintah tidak memberikan pernyataan resmi, soal bagaimana study mereka setelah dipulangkan kembali ke Indonesia. Hal itu, kata dia, membuat banyak yang enggan dipulangkan.
Selain itu,WNI juga bingung, bagaimana membayar kontrakan, jika mereka benar-benar dipulangkan. Sebab Bank tutup dan mesin ATM pun tidak bisa diakses.
“Kalau memang jadi dievakuasi seluruh WNI, bagaimana dengan kontrakan dan barang masing-masing, kan mustahil semua barang dibawa ke-Indonesia. Sedang pesawat Garuda hanya menyarankan perorang 10 kilo masing-masing bawaan bagaimana dengan sisanya? Disimpan dimana dan bagaimana dengan uang kontrakan. Bagaimana dengan proses pembayaran perbulannya,” imbuhnya.
Pemilik kontrakan, siap menjaga barang mereka, namun dengan catatan biaya kontrakan harus dibayar untuk beberapa bulan kedepan, selama ditinggalkan ke Indonesia. Namun mereka tetap khawatir dengan keamanan kontrakan yang ditinggalkan.
Ia sendiri mengaku, sudah memasukan data-datanya untuk pemulangan, dan menginginkan untuk ke Indonesia, karena kondisi semakin tidak aman. Kini ia tinggal menunggu kepastian dari pemerintah RI.
Sementara itu di Poso, Munirah istri mahasiswa Mesir Ikram Arlan, masih gelisah menunggu kepastian suaminya. Menurutnya, dia sempat menghubungi Hotline KBRI, untuk mendapatkan kepastian suaminya.
Namun KBRI tidak membuatnya mendapatkan kabar suaminnya. Ketika ia menanyakan apakah suaminya akan dievakuasi, ia malah mendapat jawaban yang tak mengenakkan, “Mereka bilang yang dievakuasi hanya anak-anak, ibu hamil, wanita. Untuk mahasiswa tidak dipulangkan, saya bantah tapi instruksi presiden semuanya dipulangkan. Jawab KBRI: maaf pemberitaan di Indonesia terlalu berlebihan,” ujar Munirah menirukan pernyataan KBRI.
Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah, Rais Lamangkona mengatakan, ia belum menerima surat atau informasi lain terkait hal itu. Namun, sebagai langkah antisipasi, ia berharap jika warga telah tiba di Jakarta, bisa ditampung di kantor perwakilan Sulawesi Tengah di Jakarta.
“Soal pemulangan WNI dari daerah konflik itu sudah menjadi kewajiban pemerintah. Cuma untuk pemulangan mereka dari Jakarta ke Palu belum jelas. Tapi kami akan pikirkan,” katanya.

Sumber:www.beritapalu.com
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved