
Wartawan senior Fikri Jufri dan Sabam Siagian mengatakan Rosihan Anwar yang meninggal dunia Kamis (14/04) adalah tokoh panutan yang menjadi model sejak tahun 1950-an.
"Sebagai pemimpin redaksi ia sangat intens....Tulisan tajuknya jernih dan bisa cepat sekali. Bisa buat iri karena selesai dalam waktu 20 atau 30 menit," kata wartawan senior Tempo, Fikri Jufri kepada BBC Indonesia.
Fikiri mengatakan ia bergabung dengan Rosihan pada tahun 1968 saat ia menjadi pemimpin redaksi harian Pedoman.
Rosihan Anwar, yang meninggal dalam usia 89 tahun, dimakamkan secara militer di Kalibata, Jakarta.
Sementara itu redaktur senior harian berbahasa Inggris Jakarta Post, Sabam Siagian, mengatakan ia mengenal sosok Rosihan saat mahasiswa tahun 1950-an.
"Saat itu Rosihan Anwar adalah pemimpin redaksi harian Pedoman yang dianggap bacaan para intelektual. Orangnya itu seperti menjaga jarak dengan sekeliling. Kalau tidak pintar, jangan ngomong lah sama dia," kata Sabam.
"Dia semacam panutan di dunia kewartawanan. Ketika saya terjun ke jurnalistik, dia juga semacam model," tambah Sabam.
Terus menulis
"Tulisan tajuknya jernih dan bisa cepat sekali. Bisa buat iri karena selesai dalam waktu 20 atau 30 menit"
Fikri Jufri
Rosihan telah menghasilkan setidaknya 21 buku dan semasa hidupnya dikenal sebagai wartawan yang kerap mengeluarkan tulisan kritis.
Koran miliknya, Pedoman, sempat ditutup oleh Presiden Sukarno tahun 1961 dan juga di masa Orde Baru tahun 1974.
Rosihan Anwar masih menulis kolom di sejumlah harian dan mengangkat masalah-masalah aktual seperti konflik di Mesir dan juga masalah sepak bola Indonesia.
"Tulisannya bukan tulisan seorang ahli, tetapi untuk konsumsi banyak orang. Itu juga membanggakan....dia tetap menulis dalam usia di atas 80 tahun," kata Fikri.
"Dia memotret keadaan dari jauh dan kemudian dia tuangkan dalam sebuah tulisan, menarik sekali," tambahnya.
Sementara itu Sabam Siagian mengatakan ia selalu menyisipkan apa yang diangkat Rosihan saat ia memberikan kuliah dalam sekolah jurnalistik yang didirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
"Setengah jam saya sisihkan bicara tentang Rosihan Anwar. Saya katakan inilah model wartawan. Kesetiaan pada profesi wartawan, observasi, mencatat tanpa emosi dan menulis dalam bahasa Indonesia yang rapih. Itu yang selalu saya ulang-ulang," kata Sabam Siagian.
Sumber:BBC Indonesia
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !