Petani di Sulteng Menjerit, Harga Turun Jadi Rp18.000 Per Kg

Jumat, 05 April 2013


PALU–Petani kakao di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengeluh lantaran harga komoditas ekspor yang selama ini menjadi tumpuan hidup mereka yakni kakao, terus merosot di pasaran setempat.
“Harga kakao saat ini turun dibandingkan sebelumnya yakni dari Rp20.000 menjadi Rp18.000 per kg,” kata Nurdin, seorang petani asal Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Jumat (5/4/2013).
Padahal, sambungnya, sebelumnya harga kakao sempat tembus angka tertinggi yakni Rp28.000,00 per kg.
Meski harga kian turun, tetapi petani tidak bisa menahan stok menunggu sampai harga kembali membaik karena membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak, juga agar bisa membeli pupuk dan obat-obatan untuk tanaman kakao.
“Ya kalau tidak dipupuk dan disemprot obat, bagaimana tanaman akan subur dan berbuah banyak,” katanya.
Keluhan senada juga disampaikan Jemmy, seorang petani asal Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Dia mengatakan sebagian besar masyarakat di sana juga bergantung kepada tanaman kakao sebagai mata pencahariannya.
“Sebagian besar masyarakat memang sangat bergantung kepada hasil produksi perkebunan dan pertanian. Karena itu, naik-turunnya tingkat kesejahteraan petani sangat tergantung pada harga kakao, kopi dan beras,” katanya.
Kakao merupakan salah satu di antara sejumlah komoditas ekspor unggulan sebagai penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa terbesar nonmigas Sulawesi Tengah. (Jibi/Antara/wde)
Sumber: BisnisKti

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved