KS -- Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) akan menggelar bedah pemikiran KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, menjelang pelaksanaan Muktamar ke-32 NU pada Maret 2010 di Makassar, Sulawesi Selatan. Demikian diberitakan Kompas.com, Jumat (29/1).
"Kami sudah memutuskan Bedah Pemikiran Gus Dur akan dilaksanakan pada 11 Februari 2010 di Palu, setelah melakukan konsultasi dengan Wahid Institute. Mereka sudah siap dan ini sudah disepakati bersama NU Sulteng dan Pengurus Besar NU," kata Sekretaris Panitia Pelaksana Basron Muhammad, di Palu, Jumat (29/1/2010).
Dia mengatakan, kegiatan tersebut sebelumnya sudah dijadwalkan pada 27 Januari 2010, tetapi karena ada kendala sehingga pelaksanaannya diundur.
Basron mengatakan, bedah pemikiran almarhum Gus Dur tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari Muktamar ke-32 NU di Makassar, 22-27 Maret mendatang.
Dia mengatakan, kegiatan itu akan menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Ketua PBNU Prof Dr H Said Agil Siradj, Dr H Lukman S Thahir MA (Rektor Universitas Alkhairat Palu), dan Pendeta Damanik (tokoh agama Kristen di Sulteng).
Sementara dari Wahid Institute akan hadir Maria Ulfa Ansori, Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat NU.
Basron mengatakan, bedah pemikiran Gus Dur tersebut penting, terutama di kawasan Indonesia bagian timur, karena selama ini Gus Dur dinilai tidak begitu dekat dengan masyarakat Indonesia timur.
"Selain karena kesiapan narasumber, kebetulan kegiatan pramuktamar juga diundur menjadi 12 Februari," kata Basron.
Dia mengatakan, pramuktamar yang berlangsung di Palu tersebut akan dihadiri Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi dan sejumlah kandidat ketua umum PBNU yang akan bertarung di arena Muktamar ke-32 di Makassar nanti.
Pramuktamar tersebut akan berlangsung di salah satu hotel bintang lima di Palu.
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi sebagaimana dikutip dari laman NU online mengatakan, calon ketua umum (tanfidziyah) PBNU yang akan menggantikannya haruslah seorang manajer agar dapat merealisasikan berbagai agenda NU lebih konkret.
Hasyim Muzadi mengatakan, ketua tanfidziyah harus mampu menjalankan kegiatan-kegiatan konkret di lapangan berupa proyek-proyek NU, seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dia mengatakan, NU saat ini tidak hanya bisa diatur dengan karisma tokoh atau kiai, tetapi juga dengan sistem dan manajemen.
Hasyim berharap, pola kepemimpinan karismatik dalam NU diimbangi dengan manajemen keorganisasian yang lebih rapi
Sumber:
http://regional.kompas.com/
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !