BKKBN: 63 % Remaja Indonesia Ngeseks Pra Nikah

Minggu, 28 November 2010

Koransulteng - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasiona mengumumkan hasil survey prilaku seks bebas di Indonesia yang sungguh mengejkan. Berdasarkan survei, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan aborsi.Kota Palu di Sulteng, tidak masuk wilayah survey.


Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survei oleh sebuah lembaga survai yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008.

Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54 % remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah.

"Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut," kata Masri pada Peluncuran Layanan SMS Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Serang, Banten, Jumat (19/12).

Dengan perilaku buruk itu, data BKKBN melansir, para remaja rentan risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya. Data gaya hidup "ngesek pranikah" ini sekaligus mengkonfirmasikan data dari departemen kesehatan per September 2008. Data menyebutkan, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54 % adalah remaja.

Oleh karena itu, BKKBN memandang penting keberadaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) yang diharapkan mampu menjawab permasalahan kesehatan reproduksi remaja. PIK KRR juga dapat menjadi sarana remaja berkonsultasi mengembangkan kemauan dan kemampuan positifnya.

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, berdasarkan laporan BKKBN Provinsi Banten, ada 25 titik layanan PIK KRR. "Setiap remaja di Banten yang ingin berkonsultasi, bisa melalui SMS ke pusat konseling yang ada di 125 titik ke nomor yang telah disediakan," ujarnya.

Dampaknya Melebihi Kokain


Berdasarkan hasil survey itu BKKBN merekomendasikan, ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks pra-nikah. Di antaranya, kata Masrie, pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh media massa, khususnya TV dan internet.

"Data ini menunjukkan, kalau 10 tahun lalu tren free sex hanya di kota-kota besar, kini bahkan mulai masuk di kota kecamatan," kata Masrie.

Data dari Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA) yang disampaikan peneliti Shakina Mirfa Nasution SE Mapp.Fin yang disampaikan dalam sebuah seminar masalah remaja di BKKBN di Jabar, mengatakan, dampak psiko-sosialnya remaja akibat pornografi mulai dari adiksi (ketagihan) sampai ekskalasi perilaku seksual menyimpang seperti lesbian, incest, pedophilia, dan desensifitasi atau penurunan sensivitas seks.

Menurut Shakina, kerusakan otak yang diakibatkan pornografi yang dilihat, didengar dan dirasakan akan melebihi kokain karena pornografi akan mengaktifan jaringan seks yang diciptakan tuhan untuk orang yang sudah menikah.

"Tuhan menciptakan enam jenis hormon yang aktif pada hubungan pasangan yang sudah menikah. Kini hormon tersebut diaktifkan pada anak dan tanpa pasangan, risikonya, bisa memicu stress tingkat tinggi dan menjadikan apatisme dan tidak peka lingkungan," katanya.

Sumber: Antara/Tribun
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved