Tarian Yosim Pancar Menutup Konferensi Budaya Papua

Selasa, 16 November 2010


Koransulteng - Tarian Yosim Pancar (Yospan) yang dibawakan empat pasang muda-mudi diiringi lagu daerah berhasa lokal dan Indonesia, Kamis (11/11) malam, dipentaskan mengakhiri Konferensi internasional keanekaragaman budaya Papua dalam mosaik budaya Indonesia di Jayapura. Tarian Yospan adalah tarian pergaulan/persahabatan muda-mudi (serupa dengan tarian Dero, tarian pergaulan/persahabatan muda-mudi di Poso, Sulteng).

Sejumlah peserta konferensi baik dari dalam dan luar negeri begitu antusias menikmati tarian yang digelar di gedung Sasana Krida kantor Gubernur Provinsi Papua yang terletak di jalan Soa-siu Dok II Bawah.

Para peserta tampak berebutan mengabadikan tarian dalam kamera digital dan melalui handphone (HP) selulernya yang dipentaskan oleh sanggar Marisi. Bahkan ada yang ikut bergabung mengikuti tarian tersebut.

Tarian Yosim Pancar/Yospan memiliki dua regu pemain yaitu Regu Musisi dan Penari. Regu musisi memainkan alat musik berupa gitar, jukulele, stem bass, tifa dan beberapa orang yang menyanyikan lagu/vocal group.

Sedangkan regu penari Yospan lebih dari satu orang dengan berpasangan dilakukan dengan gerakan dasar yang penuh semangat, dinamik dan menarik.

Para penari yang terdiri empat pasang itu, kaum lelaki bercelana panjang hitam dan berkemeja lengan panjang warna biru, sedangkan kaum perempuan menggunakan baju terusan yang berumbai-rumbai dengan campuran warna merah muda dan kuning layaknya baju pesta dansa namun simpel.

"Yospan adalah tari pergaulan atau persahabatan," kata Leonard Sarwom ST, salah seorang peserta dari Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Dia mengatakan tari Yospan merupakan penggabungan dari dua tarian rakyat di Papua, yaitu Yosim dan Pancar.

"Yosim semacam tarian poloneis dari dansa barat dan berasal dari Sarmi, namun ada juga yang mengatakan dari Serui atau Biak. Sedangkan Pancar adalah suatu tarian yang berasal dari Biak Numfor dan Manokwari meniru gerakan-gerakan 'akrobatik'. Hampir setiap kampung di Papua memiliki grup seni tari yang terus dikembangkan," katanya.

Namun seiring perkembangan, tari Yospan mengalami berbagai pembaharuan atau penambahan gaya tari. Ada beberapa gerakan dasar yaitu pancar gas, gale-gale, jef, pacul tifa, seka dan lain-lain.

Diera tahun 90-an tarian ini sempat membahana seantero Tanah Papua, berbagai lomba sering dilakukan, bahkan tarian Yospan sering diperagakan dalam ekstrakurikuler atau pelajaran tambahan disekolah-sekolah.

Yospan cukup populer dan sering diperagakan pada setiap event, Upacara 17-an, acara adat, kegiatan penyambutan dan festival seni budaya.

Yospan juga biasa ditampilkan di Manca Negara untuk memenuhi undangan atau mengikuti berbagai Festival.

Konferensi internasional keanekaragaman budaya Papua dalam mosaik budaya Indonesia yang diselenggarakan 8-11 November 2010 itu diikuti 80 peserta dari luar negeri dan 300 peserta dari dalam negeri dengan berbagai latar belakang bidang pekerjaan, kamis (11/11) malam ditutup secara resmi oleh Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu dengan melahirkan sejumlah tema atau rekomenddasi.

Peserta konferensi meliputi kalangan akademisi, perwakilan dari departemen kebudayaan dan pariwisata, Pemerintah Nasional Timor Leste, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, dan Pemerintah wilayah Kaledonia Baru, komunitas-komunitas agama dan budaya tradisional di Papua Organisasi Non Pemerintah (LSM).

Selain itu ahli yang mempromosikan budaya dan pariwisata, media profesional, dan Menteri serta duta besar dari negara-negara yang relevan.

Konferensi tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Papua bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, UNDP Indonesia, WWF, dan UNESCO.

Sumber: Antara
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved