PALU, FAJAR
-- Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR), Sabtu 18 Agustus di tiga
desa di Kecamatan Lindu, Kulawi dan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah, masih menyisakan duka mendalam. Duka itu diperparah dengan
bentrok yang terjadi di tempat yang sama.
Ribuan warga masih tidur di tenda darurat mengingat trauma karena takut
dengan gempa susulan. Meski demikian akses menggunakan jalan darat ke
lokasi bencana sudah tembus.
Guna membantu para korban gempa di Lindu, tim penanggulangan bencana
dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) telah mengangkut sejumlah kebutuhan para pengungsi
menggunakan helikopter milik Yayasan Helivida Indonesia Cabang Palu.
Bantuan itu terpal, selimut, matras, ikan kaleng, perlengkapan dapur,
beras, minyak goreng, mi instan, gula dan air mineral.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sigi, Resmin Lase yang
ditemui saat baru saja mendarat menggunakan helikopter dari Lindu,
mengatakan sore sekitar pukul 16.00 WITA jalan darat dari Desa Sadaunta
ke Kecamatan Lindu sudah berhasil tembus, setelah tim berhasil membuka
akses jalan yang sempat tertimbun longsor.
Selain berjalan kaki, akses ke Lindu sudah bisa dilalui menggunakan roda
dua. “Jalan sudah tembus, setelah dari beberapa hari dikerjakan tim
dibantu warga setempat. Saya ke Lindu tadi pagi menggunakan jalan
darat,” katanya.
Menurut Resmin, kondisi warga di empat desa di Lindu, yakni Puroo,
Langko dan Tomado sudah lebih baik. Tim medis dan tim evakuasi sudah
bisa tembus baik yang menggunakan jalan darat dan menggunakan
helikopter. Semua korban luka sudah tertangani tim medis dan sekitar
enam dokter juga sudah diturunkan ke lokasi pengungsian di Lindu.
Untuk korban luka yang tidak terlalu parah ditangani tim medis di posko
kesehatan. Sementara untuk korban yang cukup parah langsung di rujuk ke
rumah sakit di Kota Palu, seperti rumah sakit Undata dan rumah sakit
Bhayangkara Polda Sulteng. “Korban luka ada puluhan jumlahnya dan data
rielnya belum sempat tercatat nama-namanya, tapi semua sudah tertangani
tim medis,” jelasnya.
Untuk korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan, yakni
Ronald (9) warga Desa Salua, Merlin (14), Ani (70), Frida (36) warga
Desa Tomado Kecamatan Lindu dan Sarikati (80) warga Desa Anca Kecamatan
Lindu. Kerusakan bangunan, baik rumah warga, rumah ibadah dan fasilitas
umum lainnya, sekitar 70 persen atau sekitar seratus lebih mengalami
kerusakan. Kerusakan terbanyak di Desa Tomado. Gempa susulan masih saja
terjadi di sekitar Kecamatan Lindu, sehingga warga semua tidur di
tenda-tenda dan di depan halaman rumah mereka.
Untuk bantuan makanan, obat-obatan dan tenaga kesehatan sudah disuplay
dan sementara memenuhi kebutuhan. “Gempa susulan dengan kekuatan kecil
masih sering terjadi. Awalnya warga masih panik karena berspekulasi
masih akan ada lagi gempa besar seperti guncangan awal.
Namun setelah dijelaskan bahwa gempa susulan tidak akan sebesar gempa
awalnya warga mulai tenang. Ditambah lagi tim medis, dari berbagai
instansi seperti Pemda, TNI dan Polri, PMI, Basarnas, Tagana, organisasi
pecinta alam dan relawan lainnnya sudah ikut berbaur bersama warga di
tenda-tenda pengungsian,” jelas Resmin.
Informasi yang diperoleh, sampai saat ini sekira 4.690 jiwa dari jumlah
penduduk di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tidur di
luar rumah karena selain tempat tinggal mereka porak poranda akibat
gempa 6,2 Skala Richter, gempa susulan juga masih terus terjadi.
Korban Bentrok
Salah seorang wartawan TV lokal Kota Palu menjadi korban, dalam bentrok
antar warga di Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Korban, Salahudin
(34), terkena peluru senjata rakitan di bagian belakang leher.
Sesaat sebelum kejadian, Salahudin yang akrab disapa Ala, melakukan
peliputan bentrok dua desa bertetangga di Kecamatan Marawola. Tepatnya
di Desa Binangga dan Desa Padende, sekitar pukul 10.00, Selasa, 21
Agustus kemarin. Namun naas bagi kameramen Nuansa TV ini, saat sibuk
mengabadikan gambar, tanpa disadari dirinya telah terkena peluru nyasar
dari arah warga.
Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palu, guna
mendapatkan perawatan. Rekan Salahudin, yang saat itu ikut bersama
melakukan peliputan, mengungkapkan, jika posisi pengambilan gambar
sejumlah wartawan, berada pada posisi aparat TNI, yang melerai bentrok.
“Dia juga posisinya berdekatan dengan anggota TNI, namun tiba-tiba
langsung terjatuh,” ujar Odi, rekan korban ditemui di RS Bhayangkara.
Setelah sempat beberapa jam dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RS Bhayangkara dan dilakukan foto rontgen pada bagian leher,
korban langsung dirujuk ke RSUD Undata Palu. Dari hasil foto rontgen,
terdapat benda seperti peluru senapan angin yang bersarang di leher
korban.
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana, yang turut menjenguk korban
di RS Bhayangkara juga memastikan, jika korban terkena peluru senjata
rakitan oleh para warga yang terlibat bentrok. “Hal ini sangat kami
sayangkan sampai terjadi, bahkan jatuh korban dari pihak wartawan. Warga
di daerah tersebut, masih mudah untuk terprovokasi,” jelas Kapolda.
Orang pertama di Polda Sulteng ini mengaku, akan mengambil langkah tegas
terhadap para warga, yang hingga saat ini masih mempersenjatai dirinya
dengan senjata tajam dan juga senjata rakitan. “Namun terlebih dahulu,
saya akan mengajak pemerintah daerah setempat, untuk bersama-sama
mengimabu warganya, sebelum kami mengambil tindakan tegas,” katanya.
Dari informasi yang diperoleh, tadi malam. Usai menjalani rontgen untuk
kedua kalinya, Sahaluddin akan dirujuk ke Surabaya, Rabu hari ini, guna
menjalani operasi pengangkatan proyektil di salah satu rumah sakit di
Surabaya.
Bentrokan antar warga di Kecamatan Marawola ini, terjadi sejak Minggu,
19 Agustus. Pemicu bentrok, dilatarbelakangi oleh kesalahpahaman antar
pemuda di Desa Binangga dan Desa Padende. Puncaknya, pada Senin, 20
Agustus, salah seorang warga bernama Yahya, warga Desa Uwemanje, yang
bertetangga dengan Desa Binangga dan Padende, tewas dengan luka bacok.
Tidak hanya itu, sejumlah rumah warga juga hangus terbakar.
Aksi bentrokan warga ini berlanjut, hingga kemarin, yang mengakibatkan
salah seorang jurnalis TV lokal Kota Palu, turut menjadi korban. Hingga
saat ini, kondisi di Kecamatan Marawola masih dijaga ketat oleh aparat
Kepolisian dibantu TNI.
Sumber: Fajar Online
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !