Nama "Guru Tua" Akan Diabadikan Jadi Nama Bandara

Rabu, 21 November 2012

Palu - Nama besar pendiri perguruan Islam dan pendidikan Alkhairaat Habib Sayied Idrus bin Salim Aljufri atau "Guru Tua" akan diabadikan menjadi nama bandara di Kota Palu. "Ke depan, kita akan usulkan agar nama bandara Mutiara Palu menjadi Mutiara Sayied Idrus bin Salim Aljufri (SIS Aljufri)," kata Wali Kota Palu Rusdy Mastura pada Hari Ulang Tahun (Haul) wafatnya pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri ke-44 di Palu, Sabtu. Perayaan tersebut dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai penjuru daerah yang dipusatkan di komplek Perguruan Islam Alkhairaat Jalan Sis Aljufri. Hadir juga dalam haul tersebut Ketua Utama Alkhairaat Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Sosial Salim Aljufri, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan sejumlah pejabat daerah lainnya. Rusdy Mastura mengatakan, rencana usulan perubahan nama Bandara Mutiara telah disampaikan ke DPRD Kota Palu. Ketua DPRD Kota Palu Sidik Ponulele sudah menyetujui rencana usulan perubahan nama bandara tersebut. Menurut Rusdy Mastura, kewenangan perubahan nama bandara tersebut merupakan kewenangan pemerintah kota setelah pemerintah Kota Palu berkonsultasi ke pemerintah pusat. Rusdy Mastura mengatakan, perubahan nama tersebut tetap memasukkan kata "Mutiara" pada awal nama Sis Aljufri. Maknanya, kata dia, Habib Idrus merupakan mutiara dari Indonesia timur yang patut dihargai dan diberi penghargaan yang tinggi. "Habib Idrus pantas kita sebut sebagai mutiara," katanya. Saat Wali Kota Rusdy Mastura menyebut Habib Idrus sebagai mutiara, ribuan jamaah haul yang hadir serentak mengamini ucapan Rusdy Mastura tersebut. Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Alkhairaat Habib Sayied Ali Muhammad bin Aljufri mengatakan, Alkhairaat menghargai sejarah pemberian nama Bandara Mutiara Palu oleh Mantan Presiden RI Pertama Soekarno saat berkunjung ke Palu. "Kami menghargai sejarah itu. Makanya nama Bandara Mutiara Sis Aljufri itu sudah `pas`," kata Habib Ali. Dia mengatakan, tidak bisa pungkiri peran "Guru Tua" dalam membangun Sulawesi Tengah sejak tahun 1930 melalui lembaga pendidikan agama. "Kalau bukan karena guru tua, ibu Kota Sulawesi Tengah itu bukan di Palu, tapi di Poso," katanya. Menurut Habib Ali, dulu Kota Palu tidak dikenal, bahkan Poso jauh lebih dikenal. "Dengan adanya Alkhairaat sekarang menjadi pusat kunjungan orang," katanya. Habib Ali mengatakan, Alkhairaat menghargai sejarah karena orang yang melupakan sejarah tidak akan maju. Sumber: Antara
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved