KS/ANTARA News - Ratusan siswa di Tinombo dan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, dua hingga tiga hari mendatang belum bisa masuk sekolah karena tujuh unit sekolah di daerah itu porak-poranda diterjang angin ribut pada Selasa (19/1).
"Kemungkinan mereka akan kami bangunkan tenda darurat untuk belajar. Tujuh sekolah di daerah ini sama sekali tidak bisa digunakan. Bahkan ada yang rata dengan tanah," kata Wakil Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu, yang dihubungi dari Palu, Kamis petang.
Sejak angin ribut memporak-porandakan empat kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong, Selasa hingga Kamis ratusan siswa belum bisa sekolah. Selain kehilangan tempat belajar, sebagian mereka juga masih trauma.
Wabup Samsurizal mengatakan, pemerintah daerah tengah mengupayakan agar siswa tersebut sudah bisa sekolah paling lambat Senin (25/1) meski hanya di bawah tenda-tenda darurat.
"Penanganan sekolah termasuk agenda mendesak yang harus diselesaikan pascabencana ini," kata Samsurizal.
Dia tidak merinci gedung sekolah apa saja yang rusak tersebut. Samsurizal hanya mengatakan, sebagian besar sekolah dasar.
Anggota Komisi IV (Kesra) DPRD Sulteng, Listiwaty yang sedang berada di lokasi bencana bersama sejumlah anggota DPRD lainnya membenarkan bahwa penangan sekolah di daerah itu mendesak.
"Pantauan kami saat ini sekolah banyak yang rusak. Ini perlu penanganan segera agar siswa bisa sekolah secepatnya," kata Listiwaty.
Selain fasilitas sekolah, gedung cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi masyarakat di Parigi Moutong juga rusak.
Ketua Komisi III (Pembangunan) DPRD Sulteng, Nawawi S Kilat mengatakan, selain sekolah cagar budaya yang terletak di Kecamatan Tinombo tersebut mengalami kerusakan parah.
Menurut Nawawi, gedung bersejarah itu perlu dibangun kembali agar nilai-nilai kejuangan bagi masyarakat Parigi Moutong tetap terpelihara melalui simbol bangunan tersebut.
"Gedung ini termasuk salah satu Gedung Nasional yang ada di Tinombo. Gedung ini memiliki nilai sejarah bagi masyarakat, makanya perlu dipertahankan," kata Nawawi.
Dia mengatakan, pemerintah Provinsi Sulteng harus mengalokasikan anggaran khusus untuk pembangunan kembali gedung tersebut. Apalagi saat ini kata Nawawi gedung-gedung bersejarah di Sulteng sudah langka.
"Pemerintah jangan membiarkan ini. Anggarannya harus dialokasikan segera," katanya.
Selain gedung nasional, rumah adat yang belum lama ini dibangun di daerah itu juga sebagian fisiknya rusak.
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong memperkirakan, kerugian bencana angin ribut yang menerjang empat kecamatan di wilayah pesisir bagian utara kabupaten itu mencapai Rp2 miliar lebih.
Hingga kini pemerintah setempat sedang menunggu distribusi bantuan dari Dinas Provinsi untuk penanganan darurat berupa bantuan sembako dan pakaian.
Bencana tersebut merupakan bencana terparah setelah sebelumnya banjir bandang juga menghajar Parigi Moutong pada 27 Juli 2007. Meski tidak ada korban tewas, namun 127 orang mengungsi dan 96 orang dirawat inap dan jalan.(*)
"Kemungkinan mereka akan kami bangunkan tenda darurat untuk belajar. Tujuh sekolah di daerah ini sama sekali tidak bisa digunakan. Bahkan ada yang rata dengan tanah," kata Wakil Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu, yang dihubungi dari Palu, Kamis petang.
Sejak angin ribut memporak-porandakan empat kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong, Selasa hingga Kamis ratusan siswa belum bisa sekolah. Selain kehilangan tempat belajar, sebagian mereka juga masih trauma.
Wabup Samsurizal mengatakan, pemerintah daerah tengah mengupayakan agar siswa tersebut sudah bisa sekolah paling lambat Senin (25/1) meski hanya di bawah tenda-tenda darurat.
"Penanganan sekolah termasuk agenda mendesak yang harus diselesaikan pascabencana ini," kata Samsurizal.
Dia tidak merinci gedung sekolah apa saja yang rusak tersebut. Samsurizal hanya mengatakan, sebagian besar sekolah dasar.
Anggota Komisi IV (Kesra) DPRD Sulteng, Listiwaty yang sedang berada di lokasi bencana bersama sejumlah anggota DPRD lainnya membenarkan bahwa penangan sekolah di daerah itu mendesak.
"Pantauan kami saat ini sekolah banyak yang rusak. Ini perlu penanganan segera agar siswa bisa sekolah secepatnya," kata Listiwaty.
Selain fasilitas sekolah, gedung cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi masyarakat di Parigi Moutong juga rusak.
Ketua Komisi III (Pembangunan) DPRD Sulteng, Nawawi S Kilat mengatakan, selain sekolah cagar budaya yang terletak di Kecamatan Tinombo tersebut mengalami kerusakan parah.
Menurut Nawawi, gedung bersejarah itu perlu dibangun kembali agar nilai-nilai kejuangan bagi masyarakat Parigi Moutong tetap terpelihara melalui simbol bangunan tersebut.
"Gedung ini termasuk salah satu Gedung Nasional yang ada di Tinombo. Gedung ini memiliki nilai sejarah bagi masyarakat, makanya perlu dipertahankan," kata Nawawi.
Dia mengatakan, pemerintah Provinsi Sulteng harus mengalokasikan anggaran khusus untuk pembangunan kembali gedung tersebut. Apalagi saat ini kata Nawawi gedung-gedung bersejarah di Sulteng sudah langka.
"Pemerintah jangan membiarkan ini. Anggarannya harus dialokasikan segera," katanya.
Selain gedung nasional, rumah adat yang belum lama ini dibangun di daerah itu juga sebagian fisiknya rusak.
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong memperkirakan, kerugian bencana angin ribut yang menerjang empat kecamatan di wilayah pesisir bagian utara kabupaten itu mencapai Rp2 miliar lebih.
Hingga kini pemerintah setempat sedang menunggu distribusi bantuan dari Dinas Provinsi untuk penanganan darurat berupa bantuan sembako dan pakaian.
Bencana tersebut merupakan bencana terparah setelah sebelumnya banjir bandang juga menghajar Parigi Moutong pada 27 Juli 2007. Meski tidak ada korban tewas, namun 127 orang mengungsi dan 96 orang dirawat inap dan jalan.(*)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !