Kaili: Kampung Suku Minoritas Miao dan Dong

Senin, 30 November 2009

Oleh: Nunung Kusuma - Beijing

Propinsi Guizhou terkenal sebagai propinsi yang banyak terdapat suku minoritas, terutama suku minoritas Dong dan Miao. Kota Kaili adalah salah satu kota yang mempunyai populasi suku minoritas terpadat, bahkan jumlahnya lebih banyak dari Suku Han dengan perbandingan kurang lebih 80% - 20%. Kaili merupakan ibukota Qiandongnan Autonomous Prefecture (qian dong nan zhou), sebuah daerah yang dianugerahi status ‘daerah khusus’ karena keunikannya. Suku Miao dan Dong hidup berdampingan secara harmonis. Di antara mereka ada juga yang melaksanakan pernikahan antar suku, juga dengan suku Han. Tetapi suku Miao dan Dong mempunyai kebudayaan yang berbeda. 



Pemerintah kota Kaili sedang giat-giatnya mempromosikan turisme Kaili yang mengandalkan keanekaragaman budaya suku minoritasnya. Mereka mendambakan suatu hari mereka dapat menjadi seperti Lijiang di Yunnan yang turismenya booming di dalam dan luar negeri dalam waktu beberapa tahun saja. Untuk mencapai kota Kaili, para turis harus terbang terlebih dahulu ke kota Guiyang (???), ibukota propinsi Guizhou dan dilanjutkan dengan perjalanan darat sepanjang kurang lebih 195 km selama dua jam melewati jalan gunung yang berliku.



Kaili merupakan kota yang bersih, berkembang, dan tentu saja unik karena penduduknya di mana suku minoritas menjadi mayoritas di sana. Di setiap sudut kota Kaili, bisa ditemukan wanita-wanita suku Dong ataupun Miao masih mengenakan pakaian tradisional dan menata rambut mereka secara tradisional pula dengan cara menyelipkan sekuntum bunga di rambut mereka. Pekerjaan mereka sehari-hari kebanyakan adalah bertani dengan hasil bumi mayoritas berupa padi, jagung, cabe, labu dan sebagainya. Suku Miao yang masih tinggal di rumah-rumah tradisional mempunyai kebiasaan untuk menggantung hasil bumi mereka di depan rumah untuk melambangkan kesuburan dan kemakmuran.



Pada hari-hari raya, wanita-wanita suku Miao mengenakan pakaian khusus yang sangat mewah. Perhiasan yang mereka kenakan semuanya terbuat dari perak asli dan dibuat oleh tangan mereka sendiri. Hiasan kepala mereka sering menyerupai tanduk kerbau, melambangkan pemujaan mereka terhadap kerbau. Konon satu pakaian lengkap harganya bisa senilai lebih dari 100.000 yuan (1yuan=+/-Rp.1400). Sungguh angka yang fantastis. Tetapi darimanakah uang sebanyak itu, terlebih pendapatan mereka sebagai petani sangatlah minim? Konon perak sebanyak itu adalah perak milik negara yang diberikan kepada suku Miao karena mereka dipercaya sebagai pengrajin perak yang paling handal. Pakaian pria suku Dong dan Miao jauh lebih sederhana. Perak hanya dapat ditemukan di ikat pinggang mereka. Pada hari-hari raya, para pria meniup alat musik tradisional yang bernama Lusheng (??) yang terbuat dari bambu, di mana para wanita menyanyi dan menari dengan irama yang khas dan suara yang nyaring.



Suku Miao tradisional hidup berkelompok di gunung-gunung. Konon suku Miao sendiri masih terbagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil tergantung dari gunung mana mereka tinggal. Hal ini dapat dibedakan dari model pakaian mereka yang sedikit berbeda satu sama lain. Kebanyakan yang masih hidup di gunung-gunung tinggallah orang-orang tua, karena para generasi muda meninggalkan kampungnya untuk bekerja di daerah yang lebih maju seperti Guangzhou dan Shenzhen di Propinsi Guangdong.
Sumber:  http://community.kompas.com/read/artikel/1350
Share this article :

8 komentar:

  1. sy kira kaili salah satu suku di sulteng...

    BalasHapus
  2. Sewaktu belajar sejarah, saya tertarik adanya bukti bahwa suku-suku pertama nusantara, termasuk Toraja datangnya dari lembah sungai Mekong, China Selatan. Dalam buku-buku karya Andriani dan Kreut, suku Kaili yang mendiami daratan Sulawesi Tengah digolongkan etnis Toraja. Claim ini tentu saja ditentang banyak pihak, yang punya argumen kuat juga. Orang Kaili pun tidak begitu senang disamakan Toraja. Tetapi yang menarik, hubungan suku Kaili dengan China bagian Selatan. Dan, jangan-jangan Kaili dalam artikel ini ada hubungan dengan suku Kaili yang di Sulawesi Tengah. Diperlukan studi lebih jauh.

    Salam

    BalasHapus
  3. tentu saja nenek moyang suku kaili sama dengan nenek moyang suku toraja dan suku2 nusantara lain (yg mongoloid) datang dari lembah mekong.. dalam perkembangannya kelompok2 itu beradaptasi dengan lingkungan geografisnya sehingga pada hasilnya membentuk kultur yg berbeda. Nah, suku kaili yg secara geografis terisolir mungkin mempunyai persamaan dengan lingkungan asalnya sehingga kultur yg dihasilkan td terlalu jauh dari asalnya... eh, hipotesa ngawur ini.. wakakakak....

    BalasHapus
  4. saya orang Kaili asli, Kakek-nenek saya bercerita kalo suku Kaili itu masih bagian dari suku Saadang (Toraja). Katanya Kakek-nenekku suku Toraja itu :
    Toraja Pamona, Toraja Luwu, Toraja Saadang, Toraja Kaili, Toraja Paloa, dan Toraja Koro.
    ternyata Toraja kalo di persatukan itu banyak juga rupanya ya?

    BalasHapus
  5. kalau nenek moyang orang sulawesi berasal dari cina, trus siapa penghuni pulau sulawesi sebelum orang cina datang? Apakah di pulau sulawesi tdk ada manusia pada saat itu. Orang cina juga tdk mungkin datang ke sulawesi dgn cara berenang. Krn sejak dulu pulau selawesi sdh terpisah dgn pulau2 lain di Asia, ini dibuktikan dgn banyak mahluk endemik yg terdapat di sulawesi terutama sulawesi tengah.

    BalasHapus
  6. ahh..
    nakuya heii..
    kaili itu suku yg ada di kota palu..
    zaman dulu..
    sulteng itu dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat.
    maka dari itu di mananya kerajaan toraja..

    BalasHapus
  7. betol itu, suku kaili ya kaili dan toraja ya toraja, tdk ada yang sama.
    bugis,kaili,toraja,minahasa dll itu berbeda semua,tdk ada yang sama,yang sama itu satu pulau.
    mungkin yang bilang dari toraja mungkin kakenya ato nenenya (papa tuanya ato mama tuanya) dorang yang menikah bedah suku yang satu toraja dan yang satu kaili,maka dari itu dia bilang dia masih dari kaili dan dari toraja.
    nah buktinya di palu ada yang menikah sama orang bugis,makasar,mandar,minahasa dan juga toraja.
    kalo memang kita sama, untuk apa itu bineka tunggal ika..

    kalau salah jawab dan kalo benar terimakasih..
    salam Nosarara.

    BalasHapus
  8. Di propinsi Lampung, banyak tempat yang memiliki nama tempat yang sama dengan di Jawa, contohnya, ambarawa, sidomulyo dll. Di Amerika banyak tempat yang sama dengan di Inggris. Orang yang melakukan migrasi cenderung menamakan tempat yang baru seperti tempat asal mereka. Bukan tidak mungkin, orang kaili di sulawesi nenek moyangnya berasal dari kaili di China. Seperti juga nama murung di kalimantan yang merupakan nama marga murung di China kuno. Hal ini tentunya butuh penelitian lebih lanjut.

    BalasHapus

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved