Motif Batik Bomba Sulteng Makin Kaya

Rabu, 31 Maret 2010


KS/KOMPAS.com--Batik Bomba Lekatu, salah satu produksi batik kerajinan lokal di Palu, Sulawesi Tengah, telah mengembangkan 30 motif batik berciri khas lokal Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Kami belum cukup setahun mendirikan usaha ini, sekarang kami sudah punya koleksi sekitar 30 motif," kata pemilik usaha Batik Bomba Lekatu, Ahdin, di arena Gebyar Expo Palu 2010, di Palu, Minggu.

Di arena pameran itu, Ahdin memajang puluhan motif batik karyanya. Selain masih dalam bentuk kain, sebagian diantaranya sudah dalam bentuk garmen. Harganya bervariasi tergantung dari kualitas kain dan motifnya. Umumnya warna yang ditampilkan lebih cerah.

Untuk kualitas sedang misalnya, dia menjual seharga Rp85 ribu perdua meter. Kualitas lebih baik lagi dijual Rp100 ribu hingga Rp120 ribu perdua meter.

"Produksi ini dijamin tidak luntur," kata Ahdin.

Salah satu motif batik produksi Ahdin adalah bunga dan buah cengkeh. Dia memilih motif ini karena cengkeh adalah salah satu komoditi andalan Sulteng khususnya di Kabupaten Tolitoli.

Ahdin memberi nama usaha batiknya itu Batik Bomba Lekatu. Lekatu adalah salah satu nama jalan/tempat di Kelurahan Tavanjuka, Kota Palu.

"Usaha ini kami buka di Lekatu. Sekarang sudah ada delapan orang tenaga kerja," katanya.

Dulu, salah satu produk batik terkenal di Sulteng dikerjakan oleh tangan-tangan terampil penenun. Salah satunya adalah sarung Donggala. Menurut Ahdin, saat ini kain tenun sudah sulit diperoleh sehingga seluruh bahan batik yang diproduksinya berasal dari Jawa.

"Bahan tekstilnya dari Jawa, kami yang membuat motifnya sesuai dengan ciri khas lokal Palu," katanya.

Usaha ini masih dalam binaan Dinas Perindagkop dan UKM Kota Palu. Pasarnya pun, kata Ahdin, masih sebatas di Kota Palu dan Donggala.

"Di Palu Expo ini belum kelihatan banyak pembelinya, tapi lumayan banyak yang tanya. Mungkin karena pengunjung yang kurang sehingga belum begitu terasa pembelinya," kata Ahdin.

Berbeda dengan batik produksi pulau Jawa. Tampak di salah satu stan penjualan Expo Palu itu, justru baju batik produk Jawa tampak banyak digemari pengunjung. Padahal, kata Ahdin, kualitas batik Bomba tidak kalah bersaing dengan batik produk di Jawa. Hanya saja mereka lebih dulu hadir sehingga sudah tertanam bahwa batik terbaik itu produksi pulau Jawa.

Dari beberapa sumber yang dihimpun menjelaskan, sebetulnya, pengembangan batik Bomba baru digerakkan pada Agustus 2008. Saat itu Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulteng, dibawah binaan Kamsiah Paliudju, berinisiatif untuk mengembangkan potensi batik Sulteng dengan cara mengambil seorang instruktur dari Pekalongan bernama Ady Pitoyo.

Ady Pitoyo melatih beberapa pemuda putus sekolah, untuk diajarkan teknologi membatik moderen seperti yang telah dilakukan masyarakat pebatik Pekalongan. Selama sebulan, Ady Pitoyo mendidik enam orang.

Dari tangan trampil mereka itulah motif batik Bomba berkembang diantaranya tai ganja, motif burung maleo, motif bunga merayap, motif resplang, motif Ventilasi dan motif ukiran rumah adat Kaili.

Pasar batik Bomba saat ini baru melayani pesanan lokal, yang umumnya untuk keperluan dinas seperti acara seremonial pemerintah setempat seperti Musabaqoh Tilawatil Qur`an.

Sumber: http://oase.kompas.com
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved