Wanita Donggala dan Buya Sabe

Selasa, 05 Oktober 2010


Koransulteng--Bukan songket bukan batik, kain tenun Donggala adalah hasil kerajinan para wanita Donggala di setiap waktu senggang. Biasa dikenal juga dengan Buya Sabe atau Sarung tenun Donggala, jenis kerajinan ini sudah turun menurun dari nenek moyang sampai sekarang menjadi aset budaya Sulawesi Tengah.

Tepatnya di sepanjang jalan Desa Towale, Banawa di pagi hari tanggal 5 Oktober 2010, para wanita ini telah berderet di teras masing-masing sambil berkumpul dengan keluarga dan tetangganya. Namun tidak sekedar bercengkrama, tangan mereka sibuk menenun tanpa henti. Di saat para prianya pergi bekerja para wanita di rumah dan menenun.

Proses pembuatan Sarung tenun Donggala ini berbeda dengan kain dari toraja yang dimulai dari kapas, walaupun sama sama dari Sulawesi, sarung tenun Donggala dimulai dari benang sutera yang kemudia dicelup ke pewarna sesuai dengan selera (yang sering digunakan kuning, ungu dan hitam), kemudian digulung yang rapi menggunakan alat putar, sampai akhirnya ditenun dengan benang emas atau perak untuk motifnya. Motif kain tenun Donggala inipun awalnya digambar di kertas baru pada akhirnya diaplikasikan ke kain. Ragam kain tenun ini antara lain kain palekat garusu, buya bomba dan buya sabe.

Kesulitan pada pembuatan kain tenun ini pun dinilai dengan harga yang mahal. Setiap kainnya bisa terjual sampai Rp 600.000,- Karena buatan tangan dan memerlukan keahlian khusus, terlebih lagi pengerjaannya yang lambat. Untuk kain tenun Donggala ini pembuatannya tergantung pada ukuran kainnya, biasanya memakan waktu paling cepat 1-2minggu sampai satu bulan. Kain tenun
yang terbuat dari sutera ini juga tidak bisa sembarangan dicuci karena teksturnya yang kaku dan agak kasar. Cukup dengan direndam di air saja tidak boleh dengan mesin cuci atau disikat.

Ketenaran kain tenun ini sudah tersohor di seluruh negri sampai seringkali para pengrajin ini mengikuti festival atau pameran busana. Hal ini juga memberikan kemudahan bagi para pengrajin yang tadinya seringkali harus pergi ke Palu untuk menjual kain, sekarang hanya tinggal menunggu edagang dari Palu yang akan mengambil kain tenun mereka.

Masyarakat Donggala awalnya memakai kain ini sebagai sarung untuk acara resmi seperti perayaan atau pesta, namun seiring perkembangan jaman kain tenun Donggala ini sudah banyak diekspor dan dijadikan jenis pakaian lain seperti baju atau kemeja.

Jika anda tertarik untuk melihat langsung, bahkan mencoba sendiri menenun dengan para wanita Donggala ini langsung saja datang ke Desa Towale karena mereka akan dengan senang hati menyambut wisatawan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Copyright © 2011. KORAN SULTENG - All Rights Reserved